Berita3.net, SANGATTA – Dampak pandemi COVID-19 membuat banyak sekolah memutuskan untuk meniadakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dan menggantinya dengan metode belajar jarak jauh di rumah secara daring. Hal tersebut diterapkan untuk membatasi interaksi fisik secara langsung guna menekan penyebaran virus agar tidak semakin meluas.
Tetapi ada kendala dalam melakukan pembelajaran melalui daring ini. Di antaranya jaringan internet yang lemah. Sistem pembelajaran daring dapat berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus. Sebaliknya jika jaringan internetnya lemah atau jelek maka secara otomatis kegiatan pembelajaran daring akan terganggu
Selain itu, kuota internet juga terbatas. orang tua yang terkena dampak COVID-19 pasti akan kesulitan untuk membeli quota internet. Terutama orang tua yang mempunyai keterbatasan finansial. Dengan adanya kondisi tersebut mendapatkan ragam tanggapan di masyarakat diantaranya Basuki Isnawan
Melalui laman fesbooknya Ia (Basuki Isnawan.red) menawarkan kepada anak-anak yang tidak memiliki paket data datang ke kediamannya untuk belajar daring, cukup membawa smartphon dan tidak dipungut biaya alias gratis
Saat dikonfirmasi tim berita3, selasa (28/07/20) melalui via whatsapp, Basuki Isnawan menjelaskan bahwa banyak orang tua mengeluh dengan adanya sistem pembelajaran secara daring
“Banyak orang tua mengeluh dengan adanya sistem pembelajaran daring ini, terutama masalah kuota internet” jelas Basuki yang juga merupakan ketua Komite Sekolah SDN 004 Sangatta Utara
Lebih lanjut, Ia menambahkan bahwa apa yang dilakukannya setidaknya bisa membantu dan meringankan beban sesama orang tua dan berharap ada warga masyarkat yang lain juga ikut peduli
“Mari kita sama-sama meringankan beban sesama orang tua, mulai dari hal terkecil, dari lingkungan sekitar dan mulai dari sekarang” tambah Basuki
Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Ibu Lina, selama pemberlakuan sistem pembelajaran daring agak kewalahan membimbing anaknya dalam proses belajar
“Selama belajar daring, saya sangat kewalahan membimbing kedua anak yang masih bersekolah, setidaknya saya harus membelikan kuota 15 – 20 GB dalam sebulan,” keluh Ibu Lina
Belum lagi soal pemahaman materi yang diberikan guru dalam waktu singkat, “Kadang kita juga kurang paham dengan materi yang di berikan oleh gurunya, apalagi cara belajarnya cukup singkat, sehingga anak-anak menjadi kesulitan mengerjakannya,” ujarnya. (An)