Berita3.net, SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menggelar Seminar Hasil Analisis Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) 2025, Kamis (4/12/2025), di Ruang Meranti Kantor Bupati Kutim. Kegiatan ini diikuti perangkat daerah, camat, pemerintah desa/kelurahan, instansi vertikal, serta para mitra pembangunan yang berkepentingan dalam penguatan ketahanan pangan daerah.
FSVA 2025 disusun melalui kerja kolaboratif lintas sektor dan menjadi rujukan awal penyusunan program intervensi pangan tahun 2026. Dokumen ini memetakan kondisi ketahanan dan kerentanan pangan secara menyeluruh di seluruh wilayah Kutim.
Dalam sambutannya, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman menekankan bahwa FSVA bukan sekadar laporan rutin, melainkan instrumen strategis yang menentukan arah pembangunan pangan daerah.
“FSVA itu tidak boleh dipandang sebagai dokumen administrasi. Ini adalah kompas perencanaan kita untuk memastikan pembangunan pangan tepat sasaran,” tegas Bupati.
Ia menjelaskan bahwa melalui FSVA, pemerintah dapat mengidentifikasi desa-desa yang telah mandiri dalam ketahanan pangan serta wilayah yang masih memerlukan perhatian intensif. Analisis mencakup aspek ketersediaan lahan, akses infrastruktur, layanan air bersih, kesejahteraan masyarakat, hingga dukungan tenaga kesehatan.
Menurut Bupati, penguatan ketahanan pangan tidak hanya soal pasokan beras, tetapi mencakup kualitas hidup masyarakat, kesehatan keluarga, hingga kemandirian ekonomi lokal. Karena itu, ia meminta semua pihak memaknai FSVA sebagai instrumen pembangunan yang holistik.
Pada kesempatan tersebut, Bupati juga menyoroti potensi besar yang dimiliki Kutai Timur.
“Kita ini dikaruniai wilayah yang kaya. Lahan ada, sumber daya tersedia, peluang terbuka lebar. Tantangannya, apakah kita sudah mengelolanya dengan benar?” katanya.
Ia menegaskan bahwa percepatan program pembangunan pangan tidak bisa dilakukan secara lambat.
“Kita tidak bisa bergerak seperti sepeda ontel. Akselerasi program harus dipacu,” ujarnya.
Bupati kembali menyampaikan target pembangunan 100.000 hektare lahan pertanian dalam lima tahun, termasuk 20.000 hektare sawah dan 5.000 hektare tambak. Ia meminta agar FSVA mampu menunjuk lokasi-lokasi prioritas secara jelas, sehingga target tersebut dapat dicapai berdasarkan data, bukan sekadar rancangan di atas kertas.
Selain itu, ia menekankan pentingnya pemutakhiran peta potensi pangan daerah agar intervensi bisa dilakukan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan masyarakat.
Dalam penutupannya, Bupati menegaskan bahwa hasil FSVA tidak boleh berhenti pada penyusunan dokumen.
“Saya ingin FSVA ini melahirkan data yang diikuti aksi nyata dan kolaborasi. Kita harus melihat dampaknya, bukan hanya laporan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi menyusun FSVA 2025. Menurutnya, kekuatan Kutim terletak pada sinergi antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan.
“Dengan kebersamaan, Kutim bisa mencapai kemandirian pangan dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh warga,” tutupnya. (Adv/diskominfo_ktm)






