Berita3.net, SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) telah menunjukkan respons cepat dan terpadu dalam menanggulangi dampak banjir yang melanda wilayah Muara Wahau dan sekitarnya akibat curah hujan yang intens. Langkah tanggap darurat ini dipimpin langsung oleh jajaran Pemkab dan didukung penuh oleh aparat keamanan.
Langkah awal penanganan darurat dimulai di garis depan. Camat Muara Wahau, Marlianto, telah memastikan kegiatan peninjauan lokasi banjir dilakukan secara langsung pada hari Senin (8/12/2025).
Camat Marlianto, bersama dengan Babinkamtibmas dan aparat terkait, turun ke titik-titik terdampak untuk memantau situasi secara real-time. Peninjauan ini sangat krusial, terutama menyusul adanya laporan peningkatan debit air di wilayah Sungai Kelinjau, dekat Muara Ancalong, pada pagi hari di tanggal yang sama.
Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, menegaskan bahwa penanganan banjir ini melibatkan koordinasi menyeluruh di wilayah-wilayah rawan. Upaya ini memastikan tidak ada daerah yang terisolasi dan bantuan dapat tersalurkan dengan efisien.
“Kami bergerak cepat. Koordinasi telah dilakukan secara intensif di Kecamatan Telen, Wahau, Karangan, dan juga Bengalon,” ujar Bupati Ardiansyah Sulaiman.
Bupati juga mengapresiasi sinergi yang kuat antara Pemda dan aparat keamanan.
“Alhamdulillah juga laporan dari Pak Dandim sudah masuk. Ini menunjukkan respons terpadu untuk penyaluran bantuan dan mitigasi risiko telah berjalan baik,” tambahnya.
Dalam peninjauan dan evaluasi bencana, Bupati Ardiansyah Sulaiman secara transparan menyoroti faktor utama yang memperburuk siklus banjir di Kutim, yaitu degradasi lingkungan di area hulu sungai. Bupati menekankan bahwa keberlanjutan lingkungan adalah kunci mitigasi jangka panjang.
“Potensi kita kan di hulu kita kan ada juga penggundulan di hutan yang menjadi sawit,” jelas Bupati, menyoroti dampak konversi masif hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang mengurangi kemampuan tanah menyerap air.
Lebih lanjut, Bupati menyatakan kekhawatiran terhadap material sisa penebangan yang dapat memicu bencana lebih besar.
“Yang kita khawatirkan nanti, kayu-kayu sisa penebangan itu ditaruh di mana. Kalau ada hal yang tidak diinginkan, ini bisa memicu penyumbatan dan banjir bandang kecil,” tegasnya.
Untuk itu, Bupati telah menginstruksikan Dinas Perkebunan untuk segera melakukan pengawasan dan penertiban ketat terhadap penempatan material kayu di sekitar jalur air, sebagai langkah mitigasi risiko penyumbatan sungai.
Meskipun curah hujan tinggi, Bupati Ardiansyah Sulaiman tetap optimistis mengenai karakteristik siklus iklim di Kutim yang, berdasarkan pengalaman, cenderung menghasilkan banjir genangan dan bukan banjir bandang yang ekstrem.
“Saya yakin siklus iklim kita di Kutim ini tidak sejauh itu. Selama ini hanya banjir saja, tidak seperti yang terjadi di beberapa daerah lain yang membutuhkan evakuasi besar-besaran,” pungkasnya.
Pemerintah Kutim berkomitmen untuk terus memfokuskan sumber daya pada upaya mitigasi jangka panjang, khususnya melalui pengawasan ketat aktivitas di hulu sungai guna melindungi permukiman di dataran rendah seperti Muara Wahau dari risiko banjir berulang. (Adv/diskominfo_ktm)






