SANGATTA – Setiap Jumat pagi, halaman Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutai Timur (Kutim) berubah menjadi pusat aktivitas yang semarak. Di tempat yang biasanya dipenuhi rutinitas perkantoran itu, kini berjajar lapak-lapak petani yang menghadirkan aneka hasil bumi segar dari desa-desa sekitar Sangatta.
Inilah Pasar Tumpah Hortikultura, agenda mingguan yang digelar DTPHP Kutim sebagai upaya membuka ruang pemasaran langsung bagi petani. Tanpa perantara, tanpa jarak, hasil panen bertemu langsung dengan pembeli yang datang dari berbagai sudut Bukit Pelangi.
Kepala DTPHP Kutim, Dyah Ratnaningrum, menjelaskan bahwa pasar ini lahir dari keinginan memfasilitasi petani agar lebih dekat dengan konsumennya. Ia menyebutkan bahwa banyak petani membawa sendiri hasil panen mereka, sementara sebagian lain menitipkan produknya kepada petani yang lebih siap berjualan.
“Setiap Jumat pagi kita siapkan ruang bagi petani untuk menjual hasil panennya. Ada yang datang langsung berjualan, ada juga yang titip ke rekannya,” jelas Dyah, Rabu (12/11/2025).
Komoditas yang hadir pun beragam—dari sayuran segar, cabai, tomat, hingga buah lokal seperti pepaya dan pisang. Semua dijual dengan harga yang relatif bersahabat, membuat warga merasa diuntungkan karena bisa mendapatkan bahan pangan berkualitas langsung dari sumbernya.
“Harga di sini biasanya lebih miring dibandingkan pasar umum. Masyarakat senang, petani pun mendapat keuntungan penuh dari penjualan,” lanjutnya.
Kehadiran pasar mingguan ini juga tidak menimbulkan kekhawatiran bagi para pedagang di pasar tradisional. Aktivitasnya yang hanya berlangsung seminggu sekali justru menambah pilihan bagi warga sekaligus memperkuat rantai pasok pangan lokal.
Selain menjadi ruang transaksi, Pasar Tumpah Hortikultura tumbuh sebagai tempat perjumpaan yang hangat. Warga tak sekadar belanja, tetapi juga berdialog langsung dengan para petani, bertukar cerita mengenai budidaya, dan membangun ikatan sosial yang sebelumnya jarang terjadi.
“Kami ingin suasana yang santai, edukatif, dan memberikan manfaat bagi petani dan masyarakat. Interaksi langsung seperti ini sangat penting,” kata Dyah.
DTPHP Kutim terus mendorong pasar ini menjadi ekosistem yang lebih kuat bagi pemberdayaan petani. Konsistensi pelaksanaannya membuat kegiatan ini perlahan menjadi ikon baru setiap Jumat pagi di Bukit Pelangi.
Ke depan, Dyah berharap pasar ini dapat berkembang menjadi pasar tematik dengan ragam produk olahan lokal, mulai dari sambal, keripik sayur, hingga jus buah produksi petani Kutim. Ia menilai potensi tersebut sangat besar melihat semangat para petani yang semakin meningkat.
Kini, Jumat pagi di halaman DTPHP Kutim tidak lagi sekadar waktu pergantian akhir pekan, tetapi menjadi momentum tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Tempat di mana kesegaran panen, kreativitas petani, dan kebutuhan warga bertemu dalam suasana yang akrab dan penuh manfaat. (Adv/setkab_ktm)






